APAKAH NIAT YANG TIDAK BERSAMAAN DENGAN AWALNYA BACAAN TAKBIR SUDAH DIANGGAP CUKUP?
Meninjau berbagai literatur fiqih klasik, ditemukan pendapat menarik yang diusung oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (wafat 505 H) dan gurunya yang bernama Imam Haramain Al-Juwaini (wafat 478 H) keduanya sepakat menyatakan bahwa niat shalat tidak harus bersamaan dengan pelaksanaan takbir. Yang terpenting adalah dalam pelaksanaan shalat ia telah berniat meski tidak berbarengan dengan takbiratul ihram:
وَاخْتَارَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالْغَزَالِيُّ فِي الْبَسِيطِ وَغَيْرُهُ أَنَّهُ لا يَجِبُ التَّدْقِيقُ الْمَذْكُورُ فِي تَحْقِيقِ مُقَارَنَةِ النِّيَّةِ وَأَنَّهُ تَكْفِي الْمُقَارَنَةُ الْعُرْفِيَّةُ الْعَامِّيَّةُ بِحَيْثُ يُعَدُّ مُسْتَحْضِرًا لِصَلاتِهِ غَيْرَ غَافِلٍ عَنْهَا اقْتِدَاءً بِالأَوَّلِينَ فِي تَسَامُحِهِمْ فِي ذَلِكَ وَهَذَا الَّذِي اخْتَارَاهُ هُوَ الْمُخْتَارُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
Artinya: “Imam Al-Haramain dan Al-Ghazali dalam kitab Al-Basith dan selainnya menyatakan bahwa tidak wajib untuk tadqiq (melakukan niat bersamaan dengan takbiratul ihram dari awal sampai akhir) yang telah disebutkan dalam hal benar-benar membarengkan niat dengan takbiratul ikhram. Sesungguhnya sudah mencukupi berbarengan secara umum menurut umumnya orang, dengan sekiranya orang dianggap telah menghadirkan niat untuk shalatnya tanpa lupa darinya, dan inilah pendapat yang dipilih. Wallahu a’lam.” (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhaddzab, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz III, halaman 243).
Pernyataan Imam An-Nawawi yang mengutip pendapat Imam Haramain Al-Juwaini dan Imam Al-Ghazali dipertegas kembali oleh ulama Nusantara yang dijuluki Musnid Ad-Dunya (Gudang sanad dunia abad ke-20) Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani (wafat 1410 H) dalam kitabnya:
وَفِىْ الْمَجْمُوْعِ واَلتَّنْقِيْحِ الْمُخْتَارُ مَا إِخْتَارَهُ اْلإِمَامُ الْغَزَالِيُّ أَنًّهُ تَكْفِيْ الْمُقَارَنَةُ الْعُرْفِيَّةُ بِأَنْ يُوْجَدَ النِّيَّةُ كُلُّهَا أَوْ بَعْضُهَا فِى أَوَّلِهِ أَوْ آخِرِهِ بِحَيْثُ يُعَدُّ مُسْتَحْضِرًا لِلصَّلاَةِ عِنْدَ الْعَوَامِ
Artinya: “Dalam kitab Al-Majmu’ dan At-Tanqih yang dipilih ialah pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali bahwasanya cukup berbarengan pada umumnya, dengan gambaran ditemukan niat secara keseluruhan atau sebagiannya pada permulaan takbiratul ihram atau akhirnya, sekira ia dianggap menghadirkan niat untuk shalat menurut orang awam.” (Yasin bin Isa Al-Fadani, Al-Fawaid Al-Janiyah, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz I, halaman 155).
Pendapat solutif yang ditawarkan oleh Imam Al-Haramain dan Al-Ghazali ini tentu memudahkan bagi masyarakat umum yang kesulitan untuk mempraktikkan niat besertaan dengan pelaksanaan takbiratul ihram. Karenanya diharapkan pendapat yang ditampilkan ini setidaknya dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam beribadah kepada orang awam.
Komentar