Imam al-Ghazali, di dalam kitab Ihyâ’ ‘Ulûmid Dîn menyampaikan betapa pentingnya ilmu bagi hati seorang manusia. Di sana, beliau menyitir dawuh dan pernyataan sebagian ulama. Beliau berkata:
قال فتح الموصلي رحمه الله : أليس المريض إذا منع الطعام والشراب والدواء يموت؟ قالوا بلى. قال كذلك القلب إذا منع عنه الحكمة والعلم ثلاثة أيام يموت
“(Di hadapan para muridnya) Fath al-Mushili rahimahullah berkata, ‘Bukankah akan mati jika ada orang sakit yang tidak mendapatkan makan, minum, dan obat ?’ Mereka pun menjawab, “Iya benar, akan mati.’ ‘Begitu juga hati, ketika tidak mendapatkan hikmah dan ilmu selama tiga hari, maka hati akan mati,’ lanjut beliau.”
Imam al-Ghazali membenarkan apa yang dikatakan Fath al-Mushili. Karena sesungguhnya makanan hati adalah ilmu dan hikmah. Dengan keduanyalah hati bisa hidup. Sebagaimana badan akan hidup jika makan. Tidak mendapatkan ilmu menyebabkan hati seseorang dalam keadaan sakit dan pasti akan mati, meskipun ia tidak merasa.
Cinta dunia dan kesibukan duniawi bisa membuat orang tidak merasakan hal tersebut. Sebagaimana kondisi sangat ketakutan (atau mabuk, red) akan bisa “menghilangkan” sakitnya luka yang berat. Kemudian, ketika kematian telah melenyapkan urusan-urusan duniawi dari dirinya, maka baru dia merasakan bahwa dirinya dalam keadaan rusak dan baru dia sangat menyesal. Penyesalan pascakematian ini tentu tidak ada gunanya lagi. Sama seperti orang yang sudah aman dari ketakutannya atau orang yang sudah sadar dari mabuknya, ia baru merasakan luka-luka yang ia alami saat mabuk atau saat ketakutan.
Dalam kitab Sa’adatud Darain fis Shalati ‘ala Sayyidil Kaunain, Syaikh Yusuf bin Ismail Annabhani menisbahkan salawat ini kepada Syaikh Abul Barakat Ahmad Addardir.
Disebutkan oleh Syaikh Ahmad Asshawi, dia berkata; “Apabila salawat Thibil Qulub dibaca sebanyak 400 kali atau 2000 kali dan diniatkan untuk orang sakit, maka dengan izin Allah, penyakit apapun akan sembuh.”
Adapun lafadz salawat Thibbil Qulub ini adalah sebagai berikut;
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ .
Allohumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin thibbil qulubi wa dawa-iha wa ‘afiayatil abdani wa syifa-iha wa nuril abshori wa dhiya-iha wa qutil arwahi wa ghiza-iha wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallim.
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, sebagai penyembuh semua hati dan menjadi obatnya, keafiatan badan dan kesembuhannya, cahaya segala penglihatan dan menjadi sinarnya, menjadi makanan pokok jiwa dan santapannya. Dan semoga terlimpahkan pula rahmat kepada keluarga dan sahabatnya, dan berilah keselamatan".
Komentar