Langsung ke konten utama

Postingan

"𝗠𝗮𝗻𝗮𝗸𝗶𝗯 𝗦𝘆𝗲𝗶𝗸𝗵 𝗔𝗯𝗱𝘂𝗹 𝗤𝗮𝗱𝗶𝗿 𝗔𝗹-𝗝𝗮𝗶𝗹𝗮𝗻𝗶: 𝗗𝗼𝗮, 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿𝗮𝗻, 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗲𝘂𝘁𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻 𝗦𝗽𝗶𝗿𝗶𝘁𝘂𝗮𝗹𝗶𝘁𝗮𝘀 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗞𝗶𝘁𝗮𝗯 '𝗝𝗮𝘄𝗮𝗵𝗶𝗿𝘂𝗹 𝗠𝗮'𝗮𝗻𝗶' 𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝟭𝟰"

ADAB BERSIWAK

Bersiwak adalah sunnah Rasulullah saw, Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra. Rasulullah saw. bersabda, " ada empat yang menjadi sunat para Rasul, yaitu Khitan, Memakai minyak wangi,  Bersiwak , dan Menikah." (HR Ahmad, Tarmidzi) Rasulullah saw. bersabda, " ada empat jenis Thoharoh, yaitu memotong kumis, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku dan  bersiwak ." (HR Abu Dawud ; Majma`) Dari Ibnu Umar ra. bersabda Nabi saw., " Senantiasalah  bersiwak , karena hal itu akan membersihkan mulut dan menjadikan Allah swt. rela : (HR Bukhari) Yang perlu diperhatikan dalam bersiwak :  Keutamaan siwak, ialah : a) Mensucikan mulut, membuat Allah ridho, mewangikan mulut, mencerahkan padangan.(Thabrani, Baihaqi). b) Sebagai obat.(Baihaqi). c) Memfasihkan bicara.(Ibnu `adi). Sunnah bersiwak ketika ; berwudhu, bangun tidur, sebelum tidur, sebelum makan, memasuki rumah dan membaca Alquran.(Ibnu Majah) Mulailah bersiwak dengan membaca basmalah.(Ibnu Majah).  Lalu berdoa :  ﺍﻠﻟﻬﻡ ﻃﻬﺭﻓﻣﻰ ﻮﻧﻮﺭ

BIOGRAFI IMAM SIBAWAIH

Biografi Imam Sibawaih Mendengar nama Imam Sibawaihi, siapa yang tak kenal dengan sosoknya. Semua orang yang pernah mempelajari ilmu nahwu dan sharaf tentu pernah mendengar nama Sibawaih. Beliau merupakan seorang imam ahli nahwu yang sangat terkenal. Nama lengkapnya adalah Amr Bin Utsman Bin Qanbar Abu Bisyr, namun lebih dikenal dengan julukan Sibawaih.  Sibawaih sendiri merupakan sebuah gelar dirinya atau laqab yang berasal dari perkataan Farsi. Gelar tersebut menunjukan kemasyhuran nama, hingga nama aslinya sendiri jarang diketahui oleh banyak orang. Dan adapun ‘amru merupakan nama Arab yang diberikan oleh bapaknya, meskipun beliau bukan berasal dari keturunan Arab. Menariknya walaupun Imam Sibawaih ahli bahasa Arab tapi ia bukanlah orang Arab, melainkan Persia. Artinya, ia menggunakan bahasa Persia sebagai bahasa ibu dan bahasa Arab menjadi bahasa asing yang dipelajarinya. Namun, ia mampu menjadi pakar dalam bahasa asing (bahasa Arab) tersebut melampaui penutur aslinya. Jika kita be

Mabadi’ Ilmu Shorof (Pengantar Sebelum Belajar Ilmu Shorof)

Mabadi’ Ilmu Shorof Sebelum belajar lebih jauh tentang shorof, alangkah baiknya kita berkenalan terlebih dahulu dengan yang namanya “ilmu shorof”. Untuk berkenalan dengan ilmu shorof, kita harus mengetahui 10 mabadi ilmu shorof. Adapun mabadi ilmu shorof ialah: 1. Pengertian حَدُّهُ عِلْمٌ يَبْحَثُ عَنْ صِيَغِ الْكَلِمَاتِ الْعَرَبِيَّةِ وَأَحْوَالِهَا الَّتِى لَيْسَتْ بِإِعْرَابٍ وَلَا بِنَاءٍ Shorof adalah Ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk dan keadaan kata bahasa Arab yang tidak berkenaan dengan i’rab dan binanya. 2. Nama اِسْمُهُ عِلْمُ الصَّرْفِ وَعِلْمُ بُنْيَةِ الْكَلِمَاتِ Nama ilmu ini adalah ilmu shorof dan ilmu membentuk kata. 3. Objek مَوْضُوْعُهُ الْكَلِمَاتُ الْعَرَبِيَّةِ مِنَ الْأَسْمَاءِ الْمُعْرَبَةِ وَالْأَفْعَالِ الْمُتَصَرِّفَةِ فِى حَالَ إِفْرَادِهَا قَبْلَ انْتِظَامِهَا فِى الْجُمْلَةَ وَأَمَّا أَسْمَاءِ الْمَبْنِيَةِ وَالْأَفْعَالِ الْجَامِدَةِ وَالْحُرُوْفِ فَلَيْسَ مِنْ مَوْضُوْعِ هَذَا الْعِلْمِ Objek ilmu shorof adalah kata-kata bahasa Arab d

Empat Tipe Manusia Menurut Syekh Abdul Qodir Al-Jilany

Empat Tipe Manusia Menurut Syekh Abdul Qodir Al-Jilany Manusia itu mempunyai warna yang beragam. Satu dengan yang lain mempunyai tipenya sendiri-sendiri. Ada empat tipe manusia yang ditegaskan oleh Syekh Abdul Qodir Al-Jilany. Keempatnya adalah sebagaimana berikut ini. رَجُلٌ لالِساَن لَهُ ولاقَلْب 1.Pertama, orang yang tidak berlisan dan tidak berhati. Mereka adalah orang durhaka/ orang yang bermaksiat, selalu terbujuk pada rayuan syetan. فاَحْذَرْ أن تَكُوْنَ مِنهم ولاَتقُمْ فِيْهِم فإنَّهُم اهلُ العَذَابِ Maka berhati-hatilah, jangan sampai engkau seperti mereka, sesungguhnya mereka orang-orang yang disiksa 2. رجلٌ له لِساَنٌ بِلاَ قَلْبٍ 2.Kedua, orang yang berlisan tapi tidak berhati, sehingga dia berbicara dengan hikmah (ilmu dan mutiara) tapi tidak mengamalkannya. فاَبْعُدْمِنهُ بِأنْ لاَيحْفَظَكَ بِلَذِيْذِ لِسَانِهِ Maka, jauhilah mreka, supaya engkau tidak tertipu oleh keindahan perkataan mereka yang bisa mmmbuatmu terbakar oleh kemaksiatan dan kebusukan hati mere

assalaamu 'alaikum yaa rijaalal ghoib

assalaamu 'alaikum yaa rijaalal ghoib, assalaamu 'alaikum yaa ayyuhal arwaahul muqoddasah, yaa nuqobaa, yaa nujabaa, yaa ruqobaa, yaa budalaa, yaa awtaadal ardli awtaadun arba'ah, yaa imaamaani, yaa quthbu, yaa fardu, yaa umanaa-u, aghiitsuunii bighoutsatiw wangzhurnii binazhrotiw warhamuunii birohmatiw wahashshiluu muroodii wa maqshuudii wa quumuu 'alaa qodloo-i hawaa-ijii 'ingda nabiyyinaa muhammading shollalloohhu 'alaihhi wa sallam. sallamakumulloohhu ta'aalaa fiddunyaa wal aakhiroh. alloohhumma sholli 'alaa nabiyyil hidlri, alfaatihah.   "Salam kepadamu wahai Rijalul Ghoib. Salam kepadamu wahai ruh-ruh yang suci, wahai Wali Nuqoba, wahai Wali Nujaba, wahai Wali Ruqoba, wahai Wali Budala, wahai Wali Penghulu Bumi di empat penjuru, wahai Wali Imam, wahai, wahai Wali Kutub, wahai Wali Tunggal, wahai Wali Pengaman Dunia, tolonglah kami dengan pertolonganmu, lihatlah kami dengan penglihatanmu, kasihanilah kami, kabulkanlah keinginan kami dan maksud

Kisah Dibalik Sang Pencipta Sholawat Fatih

Kisah Dibalik Sang Pencipta Sholawat Fatih Sayyid Muhammad al-Bakri atau lebih dikenal dengan Sayyid Bakri adalah pencipta shalawat Al Fatih. Beliau merupakan salah seorang keturunan Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq, sahabat sekaligus mertua Nabi Muhammad SAW. Sayyid Bakri merupakan keturunan Abu Bakar yang tidak terlepas dari doa Rasulullah untuk Abu Bakar ketika dia menemani Rasulullah dengan sepenuh hati di Gua Tsur ketika dikejar-kejar kaum kafir Quraisy. Pada saat itu, Abu Bakar menjaga Nabi Muhammad dari sengatan hewan liar seperti ular. Ia menutup lubang-lubang di gua dengan pakaiannya. Tersisa satu lubang kecil yang belum tertutup. Akhirnya, ia tutup lubang itu dengan jempolnya. Di gua-gua biasanya banyak dihuni oleh hewan berbisa dan liar,  seperti ular, kalajengking, dan hewan berbisa lainnya. Pikiran Abu Bakar benar, lubang yang ia tutup dengan jempolnya itu dihuni oleh ular. Jempol Abu Bakar digigit ular, riwayat lain menyebut kalajengking. Rasa sakit yang ditahan oleh Abu ba

ALLAHUMMA INNII UQODDIMU ILAIKA BAINA YADAI KULLI NAFASIN

PEMBUKAAN WIRID PEMBUKAAN AMALAN SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALAWI AL-MALIKI AL-HASANI   Moga-moga Allah merahmatinya [ Rahimahu Allahu Ta’ala ] ALLAHUMMA INNII UQODDIMU ILAIKA BAINA YADAI KULLI NAFASIN WALAMKHATIN WATHORFATIN YATHRIFU BIHAA AHLUS SAMAWAATI WA AHLUL ARDHI, WA KULLI SYAI-IN HUWA FII ‘ILMIKA KAA-INUN AUQOD KAANA, UQODDIMU ILAIKA BAINA YADAI DZALIKA KULLIH Ya Allah! Sesungguhnya aku persembahkan (amalanku ini) kepadaMu di hadapan setiap nafas, setiap kerlipan mata dan pandangan segala penduduk langit dan bumi, dan setiap sesuatu yang berada di dalam pengetahuanMu, yang akan berlaku atau pun yang telah berlaku. Aku persembahkan kepadaMu di hadapan yang demikian itu semuanya (agar ia menjadi saksi amalanku ini).

ALASAN MENGAPA MUSIK HARAM DIDENGAR

Perlu diketahui bahwasanya ulama sepakat dalam menghukumi  mendengarkan lagu dangdut dan sejenisnya itu hukumnya adalah haram. Berikut beberapa alasannya diantaranya : 1. Meng-qiaskan dengan beberapa ayat Alquran diantaranya ayat Alquran yang terdapat dalam surat Luqman ayat ke 6 yang berbunyi :  ومن الناس من يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل الله بغير علم، ويتخذها هزوا. اولئك لهم عذاب ههين (6) 2. Meng-qiaskan kedalam beberapa hadist  nabi Saw seperti hadist  yang  berbunyi : لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ “Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelo

ASAL KATA: “AMMA BA’DU” DAN “WA BA’DU”

“Amma Ba’du” atau “Wa Ba’du” kalimat ini sering diucapkan oleh para da’i atau sering kita temukan saat membaca muqaddimah (kata pengantar) kitab-kitab ulama yang dibuka dengan basmalah, hamdalah, shalawat dan salam, kemudian diakhiri dengan kalimat “Amma Ba’du” atau “Wa Ba’du” lalu berlanjut pada pembahasan berikutnya. Dalam gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu), kalimat أَمَّا بَعْدُ terdiri dari dua lafadz, yaitu أمّا dan بعد. Apabila kita urai satu persatu dari kalimat dasarnya maka kita akan menemukan bahwa lafadz أمَّا berasal dari kalimat: مَهْمَا يَكُنْ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ. Berikut penjelasan lengkap dari Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Bajuriy asy-Syafi’i (w. 1277 H) baik dalam kitab Tuhfatu al-Murid Syarhu Jawahiru at-Tauhid atau dalam kitab Hasyiyah al-Bajuriy yang diberi nama Tahqiqu al-Maqam ala Kifayatu al-Awam fi Ilmi al-Kalam: “Asalnya مهما adalah isim syarat yang menjadi mubtada’, يكن sebagai fi’il syarat, mudhari’ dari madhi كان dengan fa’il berupa dhamir mustatar

SEPULUH MABADI ILMU NAHWU

SEPULUH MABADI ILMU NAHWU يَنْبَغِى لِكُـلِّ شَارِعٍ  فِى فَنٍّ مِنَ الفُنُونِ أَنْ يَتَصَوَّرَهُ وَيُعَرِّفَهُ قَبْلَ الشُّرُوْعِ فِيْهِ لِيَكُونَ عَلَى بَصِيْرَةٍ فِيْهِ وَيَحْصُلُ التَّصَوُّرُ بِمَعْرِفَةِ المَبَادِى العَشَرَةِ المَنْظُومَةِ فىِ قَولِ بَعْضِهِمْ Seyugialah yang mengandung pahala sunnah bagi setiap orang yang hendak mempelajari suatu ilmu, terlebih dahulu harus mengetahui uraian-uraian ilmu yang akan di pelajari, dengan harapan agar dapat mewaspadai ilmu yang akan di pelajari, dan huraian-huraian ilmu itu adalah dengan cara megenali 10 macam kerangka ilmu, sebagaimana penjelasan sya’ir yang di abadikan sebahagian Ulama : الحَـدُّ وَالمَوْضُوعُ ثُمَّ الثَّـمْرَةُ إِنَّ مَبَادِى كُـلَّ فَنٍّ عَشْـرَةُ الإِسْمُ الإِسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ وَفَضْـلُهُ وَنِسْـبَةٌ وَالوَاضِـعُ وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشَّرَفاَ مَسَائِلٌ وَالبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى Sesungguhnya mabadi(dasar) setiap ilmu itu sepuluh : Had nya 

NADOM JENIS-JENIS PUJI

الْحَمْدُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ : حَمْدٌ قَدِيمٌ لِقَدِيمٍ ، كَحَمْدِ اللَّهِ لِنَفْسِهِ ، وَحَمْدٌ قَدِيمٍ لِحَادِثٍ ، كَحَمْدِ اللَّهِ لِأَنْبِيَائِهِ ، وَحَمْدٌ حَادِثٌ لِقَدِيمٍ ، كَحَمْدِ الْإِنْسَانِ لِرَبِّهِ ، وَحَمْدٌ حَادِثٌ لِحَادِثٍ ، كَحَمْدِ الْإِنْسَانِ لِإِنْسَانٍ . Pujian ada dalam empat bagian: puji-pujian yang dahulu kala kepada yang dahulu kala, seperti puji-pujian kepada Allah terhadap diri-Nya, dan puji-pujian yang lampau kepada suatu peristiwa, seperti puji-pujian kepada Allah kepada nabi-nabi-Nya, dan puji-pujian yang lampau kepada Allah yang dahulu kala, seperti puji-pujian pada zaman sekarang. pujian diberikan kepada orang lain, sama seperti seseorang memuji orang lain. :قئدة  قَدِيْمٌ لِقَدِيْمٍ . قَدِيْمٌ لِحَادِثٍ حَادِثٌ لِقَدِيْمٍ . حَادِثٌ لِحَادِثٍ Puji heubeul kanu heubeul, puji Alloh ka Alloh. Puji heubeul kanu Anyar, puji Alloh ka makhluk. Puji anyar kanu heubeul, puji makhluk ka Alloh. Puji anyar kanu Anyar, puji makhluk ka makhluk.

MAKSIAT TELINGA - SULLAMU TAUFIQ

(فصل) فى بعض معاصى الادن (ومن معاصى الادن الاستماع) أى لاصغاء (الى كلام) صادر من (قوم اخفوه عنه) اى المستمع قال الحصنى فى قمع النفوس ففى الحديث الصحيح من رواية ابن عباس  رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال مَن استَمَع إلى حديثِ قَوم وهُم لهُ كارِهُونَ صُبَّ في أُذُنَيْهِ الآنُكُ يومَ القِيامةِ (رواه البخاري) والانك با لمد وضم النون والكاف هو الرصاص المذاب عافانا الله من ذلك انتهى (والى المزمار) بكسر الميم و هو : ما يضرب به مع الأوتار، و هو مزمار عراقي كما قال شيخ الإسلام في الفتح. (و الطنبور) بضم الطاء و في الحديث : من استمع آلة الملاهي في الدنيا لم يسمع قراء أهل الجنة، و منهم يوسف و محمد صلى الله عليه وسلم (سائر الأصوات المحرّمة) كطبل كوبة وكمن يضحك بفحشر أو كذب وكذكر مساوى الناس (وكا الاستماع الى الغيبة والنميمة وسائر الأقوال المحرّمة بخلاف ما إذا دخل عليه السماع قهرا) أى من غير اختيار (كرهه) بخلاف ما إذا رضي عنه ولو قهرا فيحرم ذلك (ولزمه الانكر) حينئد والازالة ( ان قدر) على إزالة ذلك مع كونه مكلفا مسلما. Sullam At-Taufiq atau Sullamut Taufiq adalah sebuah

IS'ADUR ROFIQ - MAKSIAT TELINGA

فصل ومن معاص الأذن الإستماع ﴿فصل ومن معاص الأذن الإستماع﴾ من المكلف ﴿ على  كلام قوم } يكرهون اطلاعه عليه بأن علم أنهم ﴿أخفوه عنه﴾ قال تعالى ولاتجسسوا وقال من استمع الى حديث قوم وهم له كارهون  صب فى أدنه الانك بالمد وضم النون الرصاص المذاب يوم القيامة وقال ولا تنافسوا ولاتحاسدوا والتجسس بالحا والجيم معناه طلب معرفة الأخبار وقيل بالمهملة أن تتسمعها بنفسك وبالجيم أن تفحص عنها بغريك وقيل ألأول استماع حديث القوم والثاني البحث عن العورات وعلى كل ففي الاية والحديث النهى الأكيد عن البحث عن أمور الناس المستورة وتتبع عوراتهم وعن استراق ما يجرى فى دار جاره نعم إن أخبره عدل بأنهم مجتمعون  على معصية كان له الهجوم عليهم بلا استئذان قاله الغزالى أما سماعه بلا قصد فلا يحرم كما يأتي ﴿و﴾ منها الاستماع ﴿إلى﴾ التزمير بنحو ﴿المزمار﴾ بكسر الميم ﴿و﴾ إلى الضرب بنحو ﴿الطنبور﴾ بضم الطاء كصنج بفتح أوله وهو صفر يجعل عليه أوتار  يضرب بها أو قطعتان من صفر تضرب إحداهما بالأخرى ﴿و﴾ كذا فى شيء من ﴿سائر﴾ أي باقى ﴿الأصوات المحرمات﴾ المطربه وغيرها من الأوتار وغيرها لأن اللذة الحاصلةمنها تدعو إلى فساد كرشب خمر

nama nama setan

قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : إِنَّ ذُرِّيَّةَ الشَّيْطَانِ (أَيْ أَوْلَادَ إِبْلِيسَ إِسْمُهُ عَزَازِيلُ) تِسْعَةٌ  زَلَيْتُونَ وَوَثِينٌ وَلَقُوْسٌ (وَيُقَالُ لَاقِسٌ) وَأَعْوَانٌ وَهَفَافٌ وَمُرَّةٌ (بِضَمِّ المِيْمِ وَتَشْدِيْدِ الرَّاءِ  وَكُنْيَةُ إِبْلِيْسَ أَبُو مُرَّةَ) وَمَسُوطٌ وَدَاسِمٌ وَوَلْهَانٌ  فَأَمَّا زَلِيتُونَ فَهُوَ صَاحِبُ الْأَسْوَاقِ فَيُنْصَبُ فِيهَا رَايَتَهُ  وَأَمَّا وَثَيْنٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمُصِيبَاتِ  وَأَمَّا أَعْوَانٌ فَهُوَ صَاحِبُ السُّلْطَانِ  وَأَمَّا هَفَّافٌ فَهُوَ صَاحِبُ الشَّرَابِ  وَأَمَّا مُرَّةٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمَزَامِيرِ  وَأَمَّا لَقَوْسٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمَجُوسِ وَالاَبْيَضُ فَهُوَ مُوَكَّلٌ بِالْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ أَمَّا الْأَنْبِيَاءُ فَسَلِمُوا مِنْهُ وَأَمَّا الْأَوْلِيَاءُ فَهُمْ مُجَاهِدُونَ لَهُ فَمَنْ سَلَّمَهُ اللَّهُ سَلَّمَ وَمَنْ أَغْوَاهُ غَوًى وَأَمَّا الْمَسُوطُ فَهُوَ صَاحِبُ الْأَخْبَارِ الْكَاذِبَةِ يُلْقِيهَا فِى أَفْوَاهِ النَّاسِ اَيْ عَلَى اَلْسِنَتَهُمْ وَلَا يَجِدُونَ لَهَا أَصْلًا  وَأَمَّا ا

nama nama syetan

[قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ؛ إِنَّ ذُرِّيَّةَ الشَّيْطَانِ ] أَيْ أَوْلَادَ إِبْلِيسَ اسْمُهُ عَزَازِيلُ [ تِسْعَةٌ زِلْيتُونَ وَوَثِينٌ وَلِقَوْسٌ ] وَيُقَالُ لَاقْسٌ [ وَأَعْوَانٌ وَهُفَافٌ وَمَرَّةً ] بِضَمِّ الْمِيمِ وَتَشْدِيدِ الرَّاءِ وَكُنْيَةِ إِبْلِيسَ أَبُو مُرَّةَ [ وَمُسُوطٍ وَدَاسِمٌ وَوَلْهَانٍ، فَأَمَّا زِلِيتُونُ فَهُوَ صَاحِبُ الْأَسْوَاقِ فَيُنْصَبُ فِيهَا رَايَتُهُ ] أَيْ لِوَاءَهُ، وَعِنْدَ بَعْضِهِمْ أَنَّ هَذَا يُقَالُ لَهُ زَلْنُبُورٌ بَزَّايٍ مَفْتُوحَةٌ وَلَامٌ مُشَدَّدَةٌ بَعْدَهَا نُونٌ فَمُوَحَّدَةٌ آخِرُهُ رَاءٌ وَهُوَ فِي كُلِّ سُوقٍ يُزَينُ لِلْبَائِعِينَ اللَّغْوُ وَالْحَلِفُ الْكَاذِبِ وَمَدْحُ السِّلْعَةِ وَتَطْفِيفُ الْكَيْلِ وَالْمِيزَانِ . وَفِي الْقَامُوسِ عَمَلٌ زَلْنُبُورَ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ الرَّجُلِ وَأَهْلِهِ وَيُبْصِرَ الرَّجُلُ عُيُوبَ أَهْلِهِ [ وَأَمَّا وَثَيْنٌ فَهُوَ صَاحِبُ الْمُصِيبَاتِ ] وَقِيلَ اسْمُ الشَّيْطَانِ الْمُصِيبَةُ تِبْرٌ بِفَوْقِيَّةٍ فَمُوَحَّدَةٍ فِرَاءٍ فَهُوَ يُزَينُ الصِّيَاحَ وَل