CARA MENGENALI VERSI ASLI DIRIMU
Pendahuluan:
Lihatlah sekelilingmu. Ada yang tampil percaya diri di depan umum, aktif di media sosial, penuh ambisi dan kata-kata motivasi. Tapi saat ditanya: “Apa yang benar-benar kamu inginkan dalam hidup?” mereka terdiam, bingung, atau hanya mengulang jawaban dari orang lain.
Contohnya begini: seseorang merasa ingin menjadi pengusaha karena itu terlihat keren, tapi saat menjalani hari-hari sebagai entrepreneur, ia lebih sering cemas, lelah, dan merasa kehilangan dirinya sendiri. Itu bukan karena dia gagal, tapi mungkin karena dia sedang menjalani hidup yang bukan miliknya.
Di buku The Path to Authenticity karya Mark Nepo, dijelaskan bahwa mengenali versi asli diri bukan soal membuat daftar kelebihan, tapi berani menggali lapisan demi lapisan diri: yang kamu pikir kamu, yang orang lain pikir tentang kamu, dan yang sebenarnya kamu rasakan ketika sunyi datang.
Berikut ini tujuh cara mengenali versi asli dari dirimu, yang jarang dibahas tapi sangat menentukan arah hidupmu:
1. Perhatikan apa yang kamu lakukan ketika tidak ada yang menonton
Apa yang kamu baca saat sendiri? Apa yang kamu pikirkan saat tidak perlu bersikap? Di situlah biasanya keaslian muncul tanpa rekayasa. Dalam Quiet karya Susan Cain, disebutkan bahwa banyak orang justru menemukan siapa dirinya ketika tidak terikat peran sosial.
2. Kenali momen saat kamu tidak merasa butuh pembuktian
Kalau kamu melakukan sesuatu dan tidak merasa ingin pamer atau menanti pujian, itu biasanya datang dari inti dirimu. Ryan Holiday dalam Ego is the Enemy menyebut ini sebagai wilayah sunyi yang jujur, tempat di mana ego tidak ikut campur.
3. Amati apa yang membuatmu merasa hidup, bukan hanya sibuk
Rutinitas bisa membuatmu merasa berguna, tapi tidak selalu berarti kamu sedang hidup. Di buku Ikigai, penulis menjelaskan bahwa versi asli diri sering muncul dalam aktivitas yang terasa ringan tapi memberi energi, bukan mengurasnya.
4. Perhatikan nilai apa yang selalu kamu pegang, bahkan saat itu merugikanmu
Misalnya kamu tetap jujur meskipun itu berarti kehilangan peluang. Atau tetap membantu orang, meski tidak mendapat balasan. Seperti dijelaskan oleh Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People, nilai inti adalah kompas internal yang tidak bisa dipaksakan, hanya bisa ditemukan.
5. Dengarkan bagian dirimu yang sering kamu abaikan
Versi asli diri sering muncul dalam bentuk bisikan kecil: “aku tidak nyaman di sini”, “aku ingin melakukan itu”, tapi sering kali ditutupi oleh kata: “tapi nanti orang bilang apa.” Dalam The Untethered Soul, Michael A. Singer menekankan bahwa mendengarkan suara batin, bukan membungkamnya, adalah langkah awal mengenali keaslian.
6. Refleksikan masa kecilmu
Apa yang kamu sukai saat kecil sebelum dunia menyuruhmu menjadi “realistis”? Kecintaan yang muncul sebelum kamu takut gagal sering kali menunjukkan akar otentisitas. Julia Cameron dalam The Artist’s Way menyebut proses ini sebagai “menyelamatkan anak kreatif yang terkubur dalam orang dewasa yang lelah.”
7. Uji dirimu saat krisis
Krisis adalah saat topeng tidak bekerja lagi. Ketika kehilangan, gagal, atau dikhianati—reaksimu adalah cermin paling jujur. Dalam The Road Less Traveled, M. Scott Peck menyebut bahwa rasa sakit membuka jalan menuju kedalaman diri, asalkan kita berani melihatnya tanpa lari.
Mengenali versi asli dari diri bukan pekerjaan satu malam. Ini seperti mengupas bawang: kadang pedih, kadang membuatmu menangis, tapi selalu membawa lapisan yang lebih dekat ke inti. Dunia mungkin lebih nyaman dengan dirimu yang berpura-pura, tapi hanya dirimu sendiri yang tahu rasanya hidup tidak sesuai dengan suara hati.
Referensi/Sumber informasi: Ringkasan dari AI
Editor: CENG ESA FADILAH (KANG UES)
Kolumnis: CENG ESA FADILAH (KANG UES), Alumni Ponpes Nurul hidayah Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.
Komentar